kopi. Untuk menikmatinya, warung kopi (Warkop) tersedia di
setiap penjuru kota.
“Banda Aceh itu kota 1001 Warkop. Dan jangan heran jika
semua Warkop penuh karena ngopi sudah menjadi budaya sejak zaman dahulu. Warkop
pusat beragam aktifi tas warga mulai dari kumpul bersama teman dan keluarga
hingga pertemuan bisnis. Di Banda Aceh secangkir kopi sejuta cerita.”
Begitu ungkap Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman, Rabu malam di pendopo. Malam itu ia tengah menjamu delegasi Perguruan
Tinggi Muhamadiyah (8PTM) se- Indonesia yang baru saja menggelar acara FGD
Teknologi IX di Banda Aceh.
“Belum lengkap rasanya ke Banda Aceh jika belum menikmati
Kopi Aceh; kopi terenak di dunia. Jika kopi lain bikin susah tidur, kopi Aceh
malah nyenyak tidur. Apalagi Kopi Sanger; sama-sama ngerti, bapak-ibu semua
harus mencobanya,” kata Aminullah berpromosi.
Menurutnya, walaupun tidak memiliki kebun kopi namun Banda
Aceh menjadi pusat pemasaran kopi dunia dengan sentra produksinya di kawasan
Ulee Kareng. “Banyaknya Warkop plus wifi yang buka hingga 24 jam menjadi daya
pikat bagi wisatawan.”
“Aceh wilayah tengah boleh punya lahan perkebunan kopi yang
luas, tapi masyarakat Banda Aceh harus bisa kaya dengan kopi. Ini yang menjadi
kelebihan kota kami di samping kuliner, seni dan budaya, dan cagar budaya yang
tak dimiliki daerah lain di Indonesia bahkan dunia,” sambungnya.
Wali kota pun menyambut baik slsetiap penyelenggaraan event
yang mengundang banyak orang ke Banda Aceh, termasuk acara yang digagas oleh
perguruan tinggi Muhamadiyah ini. “Menjadi bagi kami karena pastinya toko
souvenir, warkop, restoran, hotel, dan pelaku usaha transportasi akan meningkat
omsetnya. Dan pastinya juga akan berimbas pada peningkatan ekonomi rakyat
kecil,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar